Di tanah yang menjanjikan berbagai kenikmatan, para gadis justru dipaksa menikah dengan anggota ISIS. Ketidakadilan dan kebrutalan merajalela, belum lagi pertempuran yang memaksa seluruh pria berbadan sehat terlibat di dalamnya.
Nurshardrina Khairadhania, yang saat ini sudah berusia 19 tahun mengingat kembali bagaimana kepindahannya serta keluarga ke Raqqa berujung tragis.Selama di sana, keluarga itu tercerai berai. Nur, nama panggilan gadis, itu harus kehilangan neneknya. Sementara seorang pamannya terbunuh dalam sebuah serangan udara."ISIS hanya berbagai hal-hal baik di internet," ujar Nur dalam wawancara dengan Associated Press seperti Liputan6.com kutip dari Abcnews.go.com, Jumat (4/8/2017).
Nur, kini tinggal bersama ibunya, dua saudara perempuannya, tiga bibinya, dua sepupu perempuan dan tiga kemenakannya di Ain Issa. Tempat itu merupakan sebuah kamp yang didirikan oleh pasukan Kurdi bagi para pengungsi.Adapun ayah dan empat sepupu laki-laki Nur berada di dalam tahanan. Mereka akan diinterogasi oleh pasukan Kurdi atas dugaan terkait dengan ISIS. Nur masih berharap keluarganya dapat kembali berkumpul dan pulang ke Jakarta.Keluarga Nur termasuk di antara ribuan orang dari Asia, Eropa, Afrika, Amerika Utara, dan Timur Tengah yang mengejar mimpi akan sebuah masyarakat Islam baru yang dipromosikan ISIS melalui video propaganda.Nur mengajak keluarganya pindah beberapa bulan setelah ISIS mendeklarasikan "kekhalifahan" mereka di wilayah Suriah dan Irak pada tahun 2014.
Dengan mengutip dari blog ISIS, Nur menceritakan niat kepindahan mereka ke Suriah. Di antaranya, saudaranya yang berusia 21 tahun dapat melanjutkan pendidikan komputernya secara gratis, sepupunya yang menjanda dapat memperoleh perawatan kesehatan bagi ia dan tiga anaknya yang salah satunya penderita autisme, pamannya dapat keluar dari jeratan utang bahkan membuka sebuah usaha baru.
Bagi Nur sendiri, ISIS merupakan tempat yang tepat untuk mengejar keinginannya mendalami Islam dan belajar menjadi praktisi kesehatan.
"Ini adalah tempat yang baik untuk hidup dalam kedamaian dan keadilan dan Insya Allah, setelah hijrah, kita akan pergi ke surga. Saya ingin mengajak seluruh keluarga saya... Kami ingin terus hidup bersama di dunia dan akhirat," kenang Nur akan pola pikirnya dulu.
Demi berangkat, keluarga Nur rela menjual rumah, mobil, dan perhiasan mereka hingga terkumpul uang sebesar US$ 38 ribu. Mereka bertolak ke Suriah melalui Turki.Setibanya di Turki, keluarga itu terpecah dalam perdebatan bagaimana mereka menyelinap ke Suriah. Tujuh kerabat Nur yang nekat bergerak sendiri, ditangkap aparat Turki saat mencoba melintasi perbatasan secara ilegal.Mereka dideportasi ke Indonesia. Di Tanah Air kehidupan mereka diawasi mengingat sebagian lainnya tinggal di wilayah ISIS.
Waspadalah dengan iming iming palsu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar