• Breaking News

    BACA BERITANYA TERBARU DISINI

    Rabu, 25 Agustus 2021

    Kenapa Taliban Begitu Mudah Merebut Kota Kabul?

    Milisi Taliban merebut kota Kabul dengan begitu mudah 10 hari lalu untuk memastikan kendali di hampir seluruh wilayah Afghanistan, masyarakat dunia terperanjat.Setelah 20 tahun tersingkir dari kekuasaan dan dipojokkan pasukan Amerika Serikat dan NATO di pegunungan dan pedesaan, kenapa Taliban bisa melenggang begitu saja masuk ibu kota dan mengambil alih istana kepresidenan?

    Kenapa Amerika mendadak bersikap lunak pada Taliban dan menarik seluruh pasukan?Kenapa Presiden Afghanistan Ashraf Ghani kabur ke luar negeri? Kenapa pasukan Afghanistan yang dilatih, dipersenjatai dan digaji Amerika menyerah hampir tanpa perlawanan di kaki Taliban?Jawaban atas semua pertanyaan itu ternyata sudah ada sejak tahun lalu ketika AS masih dipimpin oleh Presiden Donald Trump.

    Sejak Amerika melakukan invasi ke Afghanistan pada 2001, Trump adalah presiden pertama yang memutuskan dihentikannya aksi militer AS di sana.“Sudah waktunya pulang ke rumah. Mereka ingin berhenti setelah bertempur sangat lama,” kata Trump tahun lalu, menyinggung kondisi pasukan AS di Afghanistan menurut versinya.

    Siapakah Taliban?

    Lalu, 29 Februari 2020 menjadi hari bersejarah yang menentukan jalan cerita dengan akhir seperti yang kita dengar sekarang.Hari itu di kota Doha di Qatar, Amerika dan Taliban melakukan perundingan damai. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo juga hadir di sana, menunjukkan pentingnya acara tersebut.



    Presiden AS Donald Trump (kiri) mendengarkan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dalam rapat Kabinet di Gedung Putih, Washington DC, 21 Okt. 2019. (AFP)

    Sebelum membahas isi perjanjian, perlu dijelaskan lebih dulu bahwa AS punya standar ganda soal Taliban.Pemerintah AS memberi label teroris untuk kelompok Taliban di Pakistan, atau Tehrik-I Taliban.Sedangkan kelompok Taliban di Afghanistan dianggap sebagai kelompok pemberontak, bukan teroris, yang menguasai banyak wilayah di sana dan bercita-cita memerintah negara itu.Padahal, dua kelompok itu sama-sama menyebut dirinya Taliban, dan sama-sama sering melakukan serangan bunuh diri dan menyerang warga sipil tanpa ampun.Untuk bisa masuk daftar organisasi teroris di Kementerian Luar Negeri AS, kelompok dimaksud harus terbukti telah melakukan aksi terorisme dan mengancam keselamatan warga negara serta kepentingan nasional AS.

    Taliban di Afghanistan sebetulnya memenuhi kriteria tersebut.Namun, pertimbangan politik membuat kelompok Taliban Afghanistan dikesampingkan dari daftar kelompok teroris yang dibuat AS, yang saat ini memiliki 61 nama dari Islamic State, Hamas, hingga Taliban Pakistan.Kalau Taliban Afghanistan dianggap teroris, maka AS dan pemerintah Afghanistan akan dilarang melakukan kontak diplomatik atau memulai perundingan damai dengan mereka.Perlakuan berbeda ini mengizinkan rezim Trump untuk berunding dengan Taliban Afghanistan di Doha.

    Isi Perjanjian

    Dalam perundingan di Doha, Taliban diwakili pemimpin politiknya Mullah Abdul Ghani Baradar. Sebelumnya, dia dibebaskan dari penjara di Pakistan atas permintaan AS.Bagian terpenting perjanjian itu menyebutkan AS akan sepenuhnya menarik pasukan dari Afghanistan pada 1 Mei 2021, asalkan Taliban juga menepati janji mereka. Tenggat ini kemudian diperpanjang oleh Biden hingga 31 Agustus.

    Di pihak lain, Taliban setuju untuk tidak menyerang personel militer AS, dan tidak melakukan aktivitas terorisme yang mengancam AS di Afghanistan maupun di negara lain.“Taliban tidak akan mengizinkan para anggotanya, orang-orang atau kelompok-kelompok lain termasuk al-Qaeda, untuk menggunakan bumi Afghanistan sebagai tempat untuk mengancam keamanan AS dan sekutunya,” bunyi pasal lain dalam perjanjian tersebut.


    Sebagai imbalannya, AS sepakat membebaskan ribuan tawanan perang dan tawanan politik Taliban “sebagai cara membangun kepercayaan dengan koordinasi dan persetujuan semua pihak terkait”.
    Masalahnya Adalah …
    Pemerintah Afghanistan tidak dilibatkan dalam perundingan Trump-Taliban.
    Presiden Ghani dan pasukannya tidak tahu sebelumnya bahwa mereka akan ditinggalkan oleh AS.
    Pemerintah Afghanistan dan Taliban sebetulnya sudah beberapa kali berunding tanpa hasil. Rupanya, Taliban memang lebih segan kepada Amerika dan memandang remeh pemerintahan Ghani.

    Trump, entah kenapa, juga memandang sebelah mata pada pemerintah Afghanistan sehingga merasa tidak perlu melibatkan mereka.Padahal, perjanjian di Doha menyebutkan “pemerintahan Islam Afghanistan yang baru ditentukan oleh dialog dan perundingan internal Afghanistan”. Dengan kata lain, ditentukan oleh Taliban dan pemerintahan Ghani.Ironis bahwa pemerintahan sipil Afghanistan -- yang juga bentukan Amerika -- tidak dilibatkan dalam perundingan Doha yang menjadi pondasi perkembangan selanjutnya.


    Amerika bakal pergi, yang membuat pemerintahan Ghani makin lemah, dan membuat Taliban makin kuat -- plus ribuan pentolannya sudah bebas dari penjara.



    Milisi Taliban mulai masuk Kabul pertengahan Agustus 2021. (AFP)

    Bahkan HR McMaster, salah satu mantan penasihat keamanan Trump, menggambarkan perjanjian Doha sebagai “pernyataan menyerah Amerika” pada Taliban.Lisa Curtis, pakar soal Afghanistan yang juga pernah bekerja untuk Trump, menyebut perundingan Doha tidak adil karena tidak ada seorang pun yang memikirkan kepentingan pemerintah Afghanistan.Juga nyaris tidak pernah terjadi sebelumnya sebuah kesepakatan untuk mengakhiri konflik tidak melibatkan sama sekali pemerintah negara dimaksud.

    Biden Datang

    Pemerintah Afghanistan mungkin masih berharap situasi akan berbalik dan mereka akan memiliki suara penting setelah masa jabatan Trump resmi berakhir 20 Januari 2021.Harapan itu musnah oleh pernyataan pedas Presiden Biden tentang pemerintah dan pasukan Afghanistan.

    “Kami sudah memberi mereka semua alat yang dibutuhkan. Kami membayar gaji mereka, menyediakan dana perawatan untuk Angkata Udara mereka. Kami beri mereka semua kesempatan untuk menentukan masa depan mereka sendiri,” kata Biden dalam pidato di Gedung Putih 16 Agustus lalu."Warga Amerika tidak bisa dan tidak boleh meninggal dan bertempur dalam peperangan di mana warga Afghanistan sendiri tidak berminat untuk ikut angkat senjata," tegas Biden, presiden ke-4 AS sejak invasi ke Afghanistan pada 2001.

    Menurut Biden, begitu menjabat dia hanya punya dua pilihan soal Afghanistan: menghormati perjanjian yang dibuat presiden sebelumnya, atau meneruskan perang tanpa kejelasan kapan berakhir.“Tugas ini harus berakhir di saya, dan tidak akan saya wariskan ke presiden kelima,” kata Biden.Pemerintah Afghanistan yang diharapkan Biden akan bertempur melawan Taliban adalah rezim yang sama yang ditinggalkan Trump dalam perundingan Doha.

    Rezim Ghani tidak diberitahu sebelum Amerika memulai proses penarikan pasukan besar-besaran Juli lalu.Bukannya “membangun kepercayaan”, perjanjian Doha itu berdampak sebaliknya bagi pemerintah Afghanistan dan hubungan dengan rakyatnya sendiri yang juga masih sangat rentan.

    Poin Penting

    Rentetan peristiwa ini tidak menyimpulkan apakah AS salah atau benar dengan memutuskan hengkang dari Afghanistan.Namun, paling tidak menggambarkan konsekuensi nyata yang terjadi kemudian.Mullah Abdul Ghani Baradar dulu dipenjara, tetapi dia ikut tanda tangan perjanjian di samping Pompeo dan sekarang menjadi figur nomor satu menjelang dibentuknya pemerintah baru.

    Lalu tengok Ashraf Gani, dia adalah presiden terpilih Afghanistan yang sah ketika perundingan berlangsung, tetapi dia tidak dilibatkan dan sekarang mengandalkan akun media sosial untuk membuat pernyataan dari pengasingan.Amerika di bawah Biden dan Trump mengatakan dia tidak lagi figur penting di Afghanistan.

    Berikutnya, kronologi tersebut juga menjawab pertanyaan kenapa Taliban begitu mudah merebut kekuasaan nyaris tanpa perlawanan dari pasukan pemerintah:

    - Amerika sebagai guardian pemerintah Afghanistan pergi tanpa pamit pada mereka. Trump ingin melupakan Afghanistan, dan rupanya Biden juga demikian.

    - Pasukan NATO bahkan sudah mengakhiri misi di Afghanistan sejak 2014, sehingga pemerintah sendirian menghadapi Taliban.

    - Taliban diberi ruang untuk negosiasi dan membentuk pemerintahan baru oleh Amerika.

    - Taliban mendapat tambahan kekuatan baru dengan dibebaskannya ribuan pentolan mereka dari penjara.

    - Pemerintah Afghanistan ditinggalkan dalam perundingan paling penting AS-Taliban.

    - Taliban lebih dulu paham kapan AS pergi dan bagaimana sikap AS terhadap pemerintahan Ghani, sehingga bisa menghimpun kekuatan dan membuat rencana penaklukan lebih matang.

    - Taliban tahu dari awal mereka boleh bersikap ofensif, asalkan tidak mengganggu kepentingan Amerika, sementara pemerintah Afghanistan masih sia-sia mengharap adanya perundingan lain.

    - Presiden Ghani, sadar tidak lagi punya daya tawar dan kekuatan, memilih kabur, otomatis menandai runtuhnya rezim.

    (beritasatu)


    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Popular