Praktik pembunuhan keji ini terjadi di rumah Karra yang ada di kota Ramle, Israel pada 13 Juni lalu. Surat dakwaan yang menjerat Karra menyebutkan pemicu pembunuhan ini adalah karena Henriette berpacaran dengan pemuda muslim. Hubungan asmara itu tidak direstui oleh keluarga Henriette. Kasus ini berawal akhir Mei lalu, saat Henriette kabur dari rumah setelah diancam dan diperlakukan kasar oleh keluarganya, yang memintanya mengakhiri hubungan dengan pacarnya. Khawatir akan keselamatannya, gadis tersebut bersembunyi dari keluarganya, dengan berpindah-pindah tempat tinggal, termasuk tinggal di rumah ibunda pacarnya. Saat itu, pacar Henriette mendekam di penjara karena tindak pidana yang tidak disebutkan.
Beberapa kali keluarga membujuk Henriette untuk pulang, tapi remaja itu selalu menolak. Bahkan dengan melibatkan polisi dan pekerja sosial setempat, Henriette tetap enggan pulang ke rumah. Saat Henriette menginap di rumah salah satu temannya, ayahnya datang dan kembali melontarkan ancaman bahkan menamparnya. "Sama seperti saya pernah mendekam di penjara, saya siap untuk kembali mendekam di penjara seumur hidup saya, saya tidak peduli," teriak ayah Henriette kepadanya saat itu. Ayah Henriette diketahui memiliki catatan kriminal panjang, dengan terakhir kali diadili pada tahun 2004 atas berbagai tindak pidana termasuk intimidasi, pelanggaran properti dan kepemilikan narkoba.
Pada 11 Juni, malam hari, Henriette berinisiatif pulang ke rumah dan sempat menghadiri upacara kelulusan sekolah menengah keesokan harinya pada 12 Juni. Pada 13 Juni, hari pembunuhan, Henriette mengirimkan uang 400 shekel (Rp 1,4 juta) untuk pacarnya yang dipenjara. Saat pulang ke rumah, Henriette memberitahu keluarganya bahwa pacarnya akan bebas pada akhir pekan dan dia berniat menjadi seorang mualaf.
|
Ayah Henriette kemudian diberitahu soal niat putrinya itu. Surat dakwaan menyebut, begitu mendengar kabar itu, ayah Henriette langsung pulang ke rumah, mengambil pisau dan menikam putrinya sebanyak tiga kali. Henriette ditemukan tewas di dapur dengan luka tusukan di leher. Sang ayah ditangkap polisi keesokan harinya.
"Warga Kristen, Yahudi dan Muslim semuanya terkejut. Dia (Henriette-red) adalah sosok yang mencintai hidup. Dia memiliki karakter yang baik dan punya banyak teman. Dia ingin melakukan banyak hal. Dia baru saja mengikuti upcara kelulusan dan dibunuh keesokan harinya," tutur mantan teman sekelas Henriette kepada Jerusalem Post
Tidak ada komentar:
Posting Komentar